Senin, 12 Oktober 2020

Penyusup dalam Jiwa

    Barang kali bila diresapi lebih dalam, perjalanan kehidupan ini bagai sebuah perjalanan yang menorehkan kenikmatan. Tapi anehnya kenikmatan itu hanya terasa sesaat saja dan tak pernah terulang kembali, kalaupun terjadi kembali tak pernah seindah yang telah lalu. Sifat keindahan sementara itulah  yang menjadi cita-cita manusia di dunia. Kenikmatan dan keindahan dunia cenderung melenakan manusia untuk lupa terhadap masa akhir yang sesungguhnya. Bila keindahan itu telah mendarah daging. Sedang kematian selalu mengancam, apakah kemegahan dan kemewahan itu akan memberi pencerahan di dalam kematian? Jawablah adalah pribadi-pribadinya. Kesiapan itu tergantung pada keseriusan dalam meningkatkan mutu dan kualitas mengabdi kepada Tuhan. Jalan akhirat yang ditempuh melalui jalan ruh, tak dapat dicampur adukkan dengan jalan keduniaan. Tak akan bisa memberikan kontribusi yang besar jika keduniaan itu mengalahkan akhirat. Sebab kesiapan seseorang untuk mendapatkan kenikmatan dunia seharusnya dibarengi atau dilandasi oleh pemahaman terhadap hakekat kehidupan itu sendiri. Sifat-sifat rakus tamak dan dengki inilah predikat bagi manusia yang jauh dari hidayah Allah. Ketika nafsu yang menggerogoti jiwa, maka bisikan-bisikan itupun mempengaruhi hati untuk berbuat yang tidak bagus. Sebenarnya kerusakan yang selama ini muncul di muka bumi berawal dari kelalaian manusia. Sebab musababnya diawali dari kebimbangan-kebimbangan antara pikiran dan hati nurani, disinilah kesempatan syetan untuk menguasai jiwa berpihak pada kesesatan. Sedangkan dalam Islam jelas ditekankan bahwa keraguan itu kuncinya adalah ilmu. Semestinya ilmu ini menjadi jalan penuntun untuk menuju kebaikan. Terangnya seseorang untuk memberikan kemanfaatan bagi makhluk-makhluk lain tergantung pada sejauh mana usaha untuk mencapai ilmu tersebut. Kesempurnaan manusia dalam mencapai tingkatan baik maka ukurannya adalah kualitas iman. Melalui kualitas iman ini persoalan kehidupan akan dapat diatasi dengan hati yang bijak. 

Tak perlu diragukan lagi bahwa dengan mencoba untuk meninjau keimanan masing-masing akan menemukan solusi yang jelas. Kesesatan serta kebuntuan itu disebabkan hari ini telah dikuasai oleh syetan ke dalam bentuk keragu-raguan. Namun iman itu tak didapat jika motivasi untuk berusaha mencari ilmunya tak pernah ada usaha yang maksimal. Jangan menyalahkan jika di dalam kehidupan yang sedang dijalani tak pernah merasa yakin dalam beraktifitas. Jika keyakinan telah terpatri dalam hati, reflek setiap tipu daya yang menjelma ke dalam hati, apapun akan tetap terlacak dan tak bisa menyusup. Sebab kebiasaan syetan dalam menggoda manusia menjelma rupa, memutarbalikkan ilmu hingga seolah-olah kita tak pernah mempelajari manfaat ilmu. Jadi jelaslah bahwa penyusupan syetan tersebut melalui keraguan apapun bentuknya. 

    Sebagai manusia makhluk pilihan plin plan sebenarnya pengecut, kenapa pengecut? Sebab plin plan adalah ketidak konsistennya hati terhadap suatu pilihan. Apakah ia berpihak pada kebaikan ataukah pada keburukan plin plan atau tidak punya pendirian ini, merupakan unsur kuat yang menyesatkan jiwa. Maka berhati-hati dalam menempatkan hati jangan mudah diperdaya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar