Selasa, 20 Oktober 2020

Matinya Hati Nurani

Sebagian besar dari kita masih banyak yang kurang yakin akan masa depan. Bayangan-bayangan yang suram menghiasi pikiran. Bukan karena mimpi buruk melainkan disebabkan oleh ketakutan yang berlebihan dan tak berdasar. Mungkin tak sebanyak orang yang dapat mengerti apa sebuah arti tentang masa depan. Namun banyak sebagian orang yang mengabaikan masa depan. Ia tak merasa terbebani dengan masa depan. Hidupnya biasa-biasa saja seolah tak ada persoalan. Dari masa ke masa perubahan itu akan muncul dengan sangat cepat. Mulai dari kebutuhan untuk memuaskan diri sampai dengan aktualisasi diri (pengabadian)

    Ketika diri ini dipengaruhi oleh berbagai macam perubahan lingkungan, kebutuhan tak dapat dihindarkan begitu saja, sebab ketenangan, kesejahteraan dan kedamaian itu terwujud apabila persoalan kebutuhan yang memuaskan diri telah tercukupi terpenuhi. Di zaman yang modern ini orang tidak lagi berfikir rumit-rumit. Kebanyakan menginginkan hal-hal yang praktis, tidak terlalu memperhatikan proses. Lebih menyukai hasil. Lebih suka mengkonsumsi daripada memproduksi dan lebih suka menikmati daripada berusaha. Maka dampak dari sifat-sifat tersebut muncul gejala apatis dalam diri masyarakat. Kurang peduli terhadap persoalan sosial, hedonis dan egois. Apabila seseorang mendapatkan kenikmatan itu adalah keberuntungan mereka dan apabila diri kita mendapat kenikmatan itulah kenikmatan pribadi. Tak peduli dengan nasib orang lain.

    Permasalahan yang tak kalah pentingnya adalah lunturnya nilai-nilai kemanusiaan di masyarakat. Terutama pada diri anak muda. Secara kasat mata dapat dipastikan kaum muda masih banyak yang kurang dapat memahami nilai-nilai kemanusiaan. Masih banyak  menyia-nyiakan waktunya hanya untuk aktivitas yang tidak bermanfaat. Nongkrong di tempat–tempat ramai. Pergaulan bebas yang lepas dari aturan. Boros dalam penggunaan uang. Masih banyak lagi hal–hal yang tidak bermanfaat lainnya. 

    Manusia merupakan makhluk yang mulia. Buktinya adalah di dalam diri manusia terdapat : akal, perasaan, fisik dan naluri. Dua unsur yang tidak dimiliki oleh makhluk lain adalah akal dan perasaan. Fungsi dari akal sendiri  adalah membantu proses hidup manusia untuk dapat berpikir, mengendalikan dalam mempertahankan hidupnya. Sedangkan perasaan berfungsi sebagai mahkota kemuliaan dalam rangka menerima kebenaran (keyakinan). Inilah prinsip dasar kelebihan manusia yang harus dijaga dan dipertahankan prinsipnya.

    Namun sayang di zaman yang sudah modern ini tampaknya antara akal, perasaan dan naluri itu sudah mulai terganggu. Ini artinya pemikiran tentang nilai-nilai kemanusiaan yang sangat luhur itu sudah luntur alias tidak diyakini oleh sebagian generasi muda, sehingga yang muncul adalah mendewa-dewakan naluri. Misalnya banyak kasus kita temukan di sekitar kita. Seorang anak yang masih belia ABG saling berdekapan, ciuman bahkan sampai raba-raba di tempat umum, di jalan-jalan, di tempat hiburan bahkan di tempat ibadah. Ini adalah bukti bahwa nilai luhur kemanusiaan itu telah luluh. Fungsi otak dan hati telah dikuasai oleh kebebasan. Tak ada bedanya dengan hewan. Dimana-mana berbuat mesum tanpa ada peraturan. Sebab hewan tak punya akal dan perasaan. Ia hanya memiliki fisik dan naluri. Sungguh merupakan sebuah keprihatinan yang begitu mendalam. Sayang mereka tak mengetahui akibat-akibatnya, minimal untuk dirinya sendiri. Tapi yang menjadi sangat mendasar adalah “matinya hati nurani”.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar