Kamis, 30 Mei 2024

Makan Pagi ditemani Pemulung

Udara pagi di Terminal Bendo Gantungan masih sejuk saat aku melangkahkan kaki ke sana. Perutku sudah keroncongan, mencari sarapan sebelum memulai perjalanan. Aku pun menuju salah satu warung makan sederhana di area terminal. Di sana, aku melihat seorang bapak tua duduk sendirian di pojok, memesan segelas teh dan sepiring nasi putih dengan lauk seadanya.

Tanpa ragu, aku pun duduk di hadapannya. Kami berkenalan, dan aku mengetahui bahwa beliau adalah seorang pemulung yang setiap pagi mencari nafkah di terminal. Hari itu, aku memutuskan untuk sarapan bersamanya. Kami memesan menu yang sama, nasi putih dengan lauk sederhana.

Sambil menikmati sarapan, kami berbincang-bincang. Aku mendengarkan cerita bapak tentang kehidupannya sebagai pemulung, tentang suka dan dukanya mencari rezeki di tengah keterbatasan. Aku terharu mendengar kisahnya, dan tanpa sadar, aku merasa seperti merasakan sendiri perjuangannya.


Meskipun sederhana, sarapan pagiku di Terminal Bendo Gantungan bersama bapak pemulung itu menjadi salah satu pengalaman paling berkesan dalam hidupku. Aku belajar banyak tentang arti perjuangan hidup dan pentingnya bersyukur atas apa yang kita miliki.

Saat itu, aku merasakan bahwa aku tidak jauh berbeda dengan bapak pemulung. Kami sama-sama manusia yang berusaha untuk bertahan hidup dengan cara yang kami bisa. Dan, di tengah kesederhanaan, kami menemukan momen kebersamaan dan saling menguatkan.

Ketika sarapan selesai, aku pamit kepada bapak pemulung. Beliau mendoakan agar aku selalu diberi kesehatan dan kelancaran dalam perjalanan. Aku pun membalas doanya dan memberikan sedikit uang sebagai tanda terima kasih.

Meninggalkan Terminal Bendo Gantungan, aku membawa kenangan indah dari perjumpaan singkat dengan bapak pemulung. Pengalaman itu mengajariku tentang arti kemanusiaan, tentang pentingnya rasa syukur, dan tentang kekuatan kebersamaan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar