Jumat, 21 Januari 2022

Buah Jauh Dari Pohon

Sore hari bakda Asyar Aku bersiap untuk menuju suatu tempat istimewa yang saat ini aku temui. Kedepan setiap senin sore aku bersama seorang kawan membersamai buah hati yang jauh dari pohonya. Meski  dari jauh aku menuju tempat itu tetap harus semangat demi sebuah impian dan harapan yang lebih baik untuk mereka. Membahagiakanku kelak yakni doa mereka menjadi jalan amalku. 

Buah hati jauh dari pohonya. Butuh nafas panjang untuk memahaminya.

Ini adalah kisah anak baik yang terlahir jauh dari senyum dan tawa.

Awalnya aku bekerja menjaga sandal di majid Rumah Sakit. Setiap hari melototi merk sandal dan merapikanya. Belajar tersenyum kepada para jamaah meski mulutku tertutup masker. Biasa usai sholat beberapa nakes dan dokter bincang bincang sebentar meski cuma singkat mengisi waktu istirahat sholat dhuhur. 

"Bagaimana,  sudah dapat informasi itu? " Sapa seorang dokter senior kepadaku. "Yang mana ya pak dokter? "Aku berusaha memahami. " itu anak anak, yang di whatsaap"

Aku jadi ingat, Seorang perawat senior mengirim pesan wa. "Mas,mau ikut mulang ngaji?" Aku terdiam sejenak mengukur kemampuanku. "Mengajari siapa? Disebuah instansi kesehatan begini mengajari ngaji?" Aku sejenak berpikir panjang tapi ya sudahlah "Siap pak" kutulis jawaban. 

Bukankah hijrahku ini adalah sunah? Sepertinya arahku tetap harus terarah kesana. Ini artinya apapun yang aku hadapi adalah bagian dari pertumbuhan keyakinanku. Yah, iman. Ia tetap akan dihadapkan dengan taqdir dan ujian. Harapanku hanya satu berada dalam barisan depan membangun islam. Menguji iman berharap bertambah amal ibadahnya. Menambah ilmu melalui pengalaman hidup. Ah, sudahlah. Senin itu aku diperkenalkan Oleh seorang ibu pengasuh, dengan anak anak kecil usia paud, tk, sd, bahkan usia SMK. Semua menyambutku dengan memegang buku iqro. "Assalamualaikum teman teman" satu persatu aku ajak bersalaman mengenalkan diri. Mereka menatapku kosong, seperti melihat benda asing. Dari balik pintu sosok bocah kecil, putih botak,tak berambut mengguling guling sembunyi tak mau dilihat. Aku mencoba mendatanginya, "Hai… Hai… Assalamualaikum" kulambaikan dan ku ulurkan telapak tanganku ke arah tubuhnya. "Hemmm… adek...adek…adek..." Dia malah menjauh berguling guling,  aku hampir menyentuhnya. Aku merasa gugup sendiri untuk mendekatinya. Aneh, Ada guncangan batin yang membuatku tak tega dan ingin memeluknya. " Adek...adek…adek kenalan ya?" Aku menyapa berusaha membuat dia akrab. Anak anak yang lain menatapku diam tak bersuara. Aneh, kenapa mereka diam,tak membantuku untuk berkenalan? entahlah. 

Kutatap lagi bocah itu. Aku berusaha mendekatinya.  Aku harus hati hati " kenapa adek tidak duduk… " sapaku ramah. Tiba tiba dia menjerit, "Aiiiii Aiii, Aiiii, " wajahnya memerah semua dan gemetar berguling guling sambil menangis kuat. " Mas, besok saja Kalau mau kenalan sama April" 

" Dia tak mau dilhat...." Jelas ibu pengasuh sambil berbisik. " kok begitu kenapa…bu?"

Bersambung😄

Tidak ada komentar:

Posting Komentar